KURA-KURA MALAYAN PEMAKAN SIPUT a.k.a MALAYAN SNAIL EATING (MALAYEMYS SUBTRIJUGA)
Oleh: Agung Prabowo
Deskripsi
Salah satu korban dari permintaan perdagangan Asia untuk kura-kura air tawar, kura-kura Malayan pemakan siput memiliki karapas berwarna coklat dengan garis-garis kuning di bagian tepi. Karapas lonjong dengan bentuk seperti kubah dan keping karapas berukuran besar disertai tonjolan-tonjolan kecil. Plastron berwarna kuning atau berwarna krem dengan bercak hitam di setiap keping plastron. Kepala berukuran besar dan berwarna hitam disertai motif garis-garis yang menyala. Kura-kura Malayan pemakan siput jantan memiliki cangkang yang lebih panjang dan ramping dengan ekor lebih besar dari kura-kura Malayan pemakan siput betina.
Kura-kura Malayan pemakan siput adalah spesies kura-kura Thailand yang paling sering digunakan dalam praktek "prestasi rilis", di mana kura-kura dan hewan lainnya dilepaskan ke alam untuk "melakukan kebajikan"; menyeimbangkan ekosistem, mengontrol hama siput di lahan pertanian, dll. Sayangnya, banyak kura-kura tersebut dilepaskan ke habitat yang tidak pantas atau penuh sesak (seperti taman dan kolam hias candi) dan berakhir dengan kematian karena kelaparan atau kompetisi yang berlebihan. Kura-kura yang dirilis lainnya merupakan kura-kura yang terserang penyakit ketika mereka berada di penangkaran, sehingga membunuh lebih banyak kura-kura lainnya.
Biologi
Kura-kura Malayan pemakan siput adalah reptil karnivora, dinamai seperti itu karena kecenderungan untuk memakan siput kecil. Namun, ia juga memakan cacing tanah, serangga air, krustasea dan ikan kecil. Fakta menarik dari kura-kura Malayan pemakan siput adalah dia memiliki kepala besar dan rahang yang kuat, yang memungkinkan untuk menghancurkan cangkang siput.
Ukuran dan Umur
Panjang karapas kura-kura Malayan pemakan siput bisa mencapai 20 cm. Kura-kura ini mampu mencapai umur 14,2 tahun (penangkaran).
Persebaran
Kura-kura Malayan pemakan siput ditemukan di Sungai Mekong basin dari Kamboja, Laos, selatan Vietnam dan timur laut Thailand. Diperkenalkan di Jawa, Indonesia. Terjadinya spesies di Indonesia dianggap sebagai alokton/spesies pendatang/non pribumi (Sumatera) atau punah (Jawa). Selain itu, dari karakteristik kepala sampai corak garis menunjukkan bahwa Malayemys Subtrijuga atau kura-kura Malayan pemakan siput di Jawa berasal oleh campur tangan manusia terutama dari Sungai Mekong Basin.
Habitat
Kura-kura ini ditemukan di sungai beraliran lambat dengan dasar berlumpur dan banyak terdapat vegetasi air, seperti rawa-rawa, rawa, sawah, dan saluran irigasi. Di Bangkok paling sering ditemukan di kanal yang bergerak lambat dari taman kota dan juga dapat ditemukan di danau kecil dari daerah tertinggal.
Ancaman
Kura-kura tambak (terrapin), termasuk kura-kura Malayan pemakan siput secara luas dimakan oleh orang-orang. Banyak populasi dari spesies Malayemys dieksploitasi untuk makanan, obat Cina dan di beberapa daerah telurnya juga dikumpulkan untuk dikonsumsi. Kura-kura Malayan pemakan siput juga sering ditangkap dan dilepaskan ke kolam di kuil Budha. Eksploitasi ini tampaknya telah menyebabkan angka menurun sepanjang jangkauan, khususnya di Kamboja, Laos dan Vietnam. Akhirnya, kerusakan habitat akibat polusi dan kecelakaan dalam penangkapan di jaring ikan juga berkontribusi terhadap statusnya yang rentan dari spesies ini.
Konservasi
Kura-kura Malayan pemakan siput terdaftar pada Lampiran II Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES), dan dengan demikian setiap perdagangan internasional dalam spesies ini harus dipantau secara seksama. Kura-kura ini juga tunduk pada sejumlah undang-undang nasional di Kamboja dan Thailand. Konsumsi, penggunaan dan ekspor spesies ini dilarang di Vietnam dan ekspor semua spesies kura-kura local pun juga dilarang. Ekspor kura-kura air tawar diatur di Malaysia, ada kuota panen tahunan di tempat di Indonesia, dan Myanmar mendaftarkan kura-kura Malayan pemakan siput sebagai spesies yang dilindungi.
Kura-kura Malayan pemakan siput sedang berjemur diatas batu
Bahaya Bagi Manusia
Ada risiko kecil jika kontaminasi bakteri salmonella yang berasal dari kotoran kura-kura jika mencapai mulut anak kecil (paling sering terjadi dari penanganan kura-kura peliharaan). Untuk amannya dianjurkan untuk selalu mencuci tangan setelah memegang kura-kura apapun.
Sumber info : Bangkok Herps, Wikipedia, Arkive, Eol, dan Novataxa
Sumber foto : Foto 1, Foto 2, dan Agung Prabowo Photography
Sumber foto : Foto 1, Foto 2, dan Agung Prabowo Photography
Artikel yg bagus
BalasHapus